Monday, December 1, 2008

Kominfo 89, in memoriam with me...



awal kita berjumpa di SC Faperta

Ni foto2 dari awal kita berjumpa...

semoga tmen2 tetep inget melz, mellyza novisari...
perlu tmen2 ketahui, melz sayang banget sama kalian...
mohon maaf harus diakhiri seperti ini...
hidup memang pilihan...
tetep smngat selalu ya...sedih boleh...tapi kita harus bangkit lagi...semangat!!!


ni ketika kita lagi foto kabinet...inget kan?


pas lagi raker di dago..qta lagi lengkap...

banyak deh moment2 kita...jangan lupain melz yah...tetep berjuang sahabat2 ku...
kalo mau konsul atau cerita2, melz siap banget deh dengerin cerita dan keluhan kalian...hehe...love u all guys...^^

3 comments:

Anonymous said...

Kita Kehilangan Satu Warna Pelangi
Pelangi
Membuat semua orang terkagum dengan keindahanmu
Membuat orang tak jemu memandangmu
Membuat orang tak henti-henti untuk memujimu
Membuat orang betapa ingin mengenggammu
Membuat orang ingin menjadi salah satu warna diantara warna-warna lain.
Pelangi tercipta dari paduan warna kasih sayang yang begitu indah. Merah-jingga-kuning-hijau-biru-ungu. Semua warna itu berkombinasi membentuk garis lengkung yang indah. Sungguh, indah sekali. Mahasuci Allah yang menciptakan keindahan di alam semesta ini.
Pelangi hadir disaat orang merindu. Disaat orang-orang resah dengan ketidakpatian. Pelangi hadir karena dispersi cahaya dengan rintikan hujan. Ketika hujan reda, pelangi menghiasi langit dan membentangkan sayap malaikatnya kala itu.
Indah, semua orang pasti akan berkata seperti itu. Pelangi memang tampak indah jika semua warnyanya lengkap. Jika satu saja warna pelangi itu tidak ada, pasti pelangi kurang indah dan sempurna.
Ya, kami (baca: Kominfo 89) kehilangan satu warna pelangi. Warna yang senantiasa menghiasi langit-langit cahaya mimpi kami. Entah kemana? Kami juga seakan tak paham kenapa ia hilang. Apakah ia telah jemu karena selalu beriringan dengan warna lainnya? Atau ia pergi untuk menjadi warna yang lebih indah? Kemudian, Ia balik lagi dan akan menambah keindahan. Saat ini, kami (kominfo) tak lagi memiliki dua belas warna lagi. Satu warna telah memutuskan untuk melepas ikatan rantai yang telah kita buat. Warna itu bernama Melz. Ia adalah warna merah muda. Warna yang mencerminkan keceriaan dan kebahagiaan.
Warna itu sangat kami butuhkan. Karena warna itulah kami bisa tersenyum, tertawa dan bahagia. Tapi ternyata takdir bicara lain. Sepertinya, telah menjadi garis kehidupan bahwa ia harus meninggalkan kita. Ia harus terbang dengan sayap cahaya yang ia miliki. Terbang tinggi menggapai mimpi-mimpinya.
Awalnya, aku tidak terima dengan keputusan ini. Kukatakan ini adalah keputusan yang sulit untuk diterima. Bagaimana tidak? Hati-hati kita telah menyatu dalam ikatan persaudaraan yang kuat. Tiba-tiba, ada yang berubah. Kita tidak lagi utuh. Semuanya telah berubah.
Sekarang, aku telah paham. Bahwasanya, hidup itu adalah rangkaian cerita yang telah diatur oleh Allah. Daun-daun yang berguguran tidak akan luput dari pantauan Allah. Bahkan, debu-debu yang berterbangan di padang pasir tidak lepas dari kekeuasaan Allah. Lalu apa lagi?
Ya, semuanya telah diatur oleh Allah. Allah-lah yang mengarahkan jalan hidup hamba-hamba-Nya. Begitu juga dengan pilihan hidup. Pasti Allah telah tahu apa yang harus kita pilih. Teh Melz, telah memilih untuk keluar dari BEM dan Kominfo. Alasannya adalah karena ia harus menentukan pilhan hidup yang terbaik untuknya. Semua orang punya tujuan hidup bro!
“Melz, bulan Januari harus kost di Jakarta karena Melz job-training di PT. Astra selama dua bulan. Artinya, Melz gak bisa ikut BEM lagi. Melz memutuskan untuk resign dari BEM Dan Kominfo. Ini pilihan yang sulit. Tapi itu adalah pilihan Melz.” Begitulah penuturan yang teh Melz sampaikan pada rapat sore ini. Semua racuners tampak sendu saat itu. Aku tak tahu apa yang ada di benak meraka. Tapi aku yakin, merasa pasti merasa kehilangan. Kehilangan sosok teman, saudara dan partner yang hebat sperti teh Melz. Aku yakin, mereka akan merindukan tawa dan canda yang mengucur dari bibir teh Melz. Ya, pasti itu yang ia rindukan. Bagiku sendiri, aku tidak akan melihat keceriaan yang senantiasa membias dari wajah lucunya.
Memang berat. Tapi itulah pilihan hidup. Semua akan selalu ada konsekuensinya. Lalu bagaiman kita menyikapinya? Cara terbaik menyikapinya adalah dengan berusaha memahaminya. Teman-teman Kominfo memahami itu semua. Kedewasaan adalah modal utama meraka menerima ini semua. Mereka berlapang dada untuk melepaskan teman/partner terbaik mereka. Kedepannya, hari-hari akan dilalui tanpa canda teh Melz. Berapa lama? Aku tak bisa memprediksikannya. Tapi yang jelas pasti akan lama.
Kata Indra: “Teh, maafkan jika selama ini saya ada salah. Saya akan berusaha membanggakan teh Melz”
Kata Sai: “Semoga teh Melz sukses dengan pilihannya” Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Itulah hidup!
Kata Ucie: “Melz, akan selalu ada”
Kata Cagie: “Kita aka merindukan teh Melz”
Kata Ali: “Semoga Sukses”
Kata Adit: “Sulit, tapi itulah hidup”
Kata Diesta: “Pastinya, kita akan merindukan teh Melz”
Teman, apapun yang terjadi, kita tetap satu. Persahabatan kita sangat indah. Semoga suatu saat kita bertemu lagi. Bersuka ria bersama di dimensi yang berbeda. Aku yakin akan ada pertemuan yang tak terduga di lain waktu.
Tetap semangad. Ikhals dan senaglah... itulah modal kita Rangers. Biarkan cerita kita menjadi pelangi yang membias di sudut sore itu. Kala langit merona, saksikanlah bahwa kita akan selalu mengharu biru dan saling merindukan.
“Where There Is A Will, There Is A Way”
Malam berkabut, 02 Desember 2008.
21.45
n_n

Anonymous said...

KUNJUNGI: www.achyar89.wordpress.come

Anonymous said...

kayaknya waktu tuh saia gak bilang akan merindukan dirimu de...cuma bilang semuanya pilihan, pilih yang menurutmu terbaik...gitu...
semoga bisa semakin mengembangkan potensi teh Melz di tempat laen..gituh!